Menikmati Momen Sekarang

Leave a Comment
Tiap bangun pagi, tanpa sadar kita memiliki kesempatan baru untuk melanjutkan hidup selama 24 jam. Iya, 24 jam yang baru untuk kita gunakan sebaik mungkin.

Dan itu adalah hadiah yang luar biasa!

Gunakanlah hadiah itu untuk merengkuh kedamaian, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Karena sesungguhnya tidaklah sulit untuk menemukan kedamaian. Sejatinya damai itu ada momen saat ini, dalam diri sendiri, juga pada segala hal yang kita lakukan dan lihat.

Bayangkan saja. Bila kita menganggap langit biru adalah kedamaian dan keindahan, bukankah kita tidak perlu pergi ke tempat yang jauh untuk menikmatinya?

Bila kita menganggap indahnya mata anak kecil sebagai sebuah kedamaian dan keindahan, tentu kita tidak usah meninggalkan kota tempat tinggal hanya untuk menyaksikan keindahan mata dari seorang anak kecil, bukan?

Yah, kedamaian-kedamaian selalu ada dan dekat dengan diri kita sendiri. Bahkan, udara yang kita hirup untuk bernafas pun adalah sumber kebahagiaan.

Kebanyakan, kita ini sangat pintar dalam mempersiapkan hidup, namun tidak pintar dalam menjalaninya.

Ya, memang benar membuat rencana masa depan itu bagian dari kehidupan. Tetapi, bukankah merencanakan masa depan itu hanya dapat kita lakukan di saat ini juga?

Bagaimana maksudnya?

Begini. Kita paham bagaimana caranya mengorbankan sekian tahun untuk mendapatkan gelar sarjana. Kita bersedia bekerja keras, bahkan sangat keras untuk mendapatkan pekerjaan, mobil impian, rumah mewah, menjadi pengusaha sukses dan sebagainya. Akan tetapi, kita lupa untuk menikmati hari ini. Kita lupa mensyukurinya. Kita lupa merengkuh kebahagiaan di hari ini. Kita lupa untuk mendamaikan diri di hari ini.

Seolah-olah, kita tidak ingat bahwa kita hidup di saat sekarang (present moment), yaitu satu-satunya masa saat kita benar-benar hidup.

Saat tersadar bahwa kita hidup di masa sekarang, maka setiap napas yang kita hirup dan embuskan, setiap langkah yang kita ayunkan, akan dapat kita lakukan dengan rasa damai, ceria dan tenang.



Buku "Sejenak Hening" by Adjie Silarus 

0 komentar:

Posting Komentar